Waktu sore itu di sekolah, Gue main sepak bola dan Putra pun berteriak "Disana Sif, Disana bolanya". Dengan penuh kringet dan air hangat di celana gue lalu gue kesana
lawan gue anak kecil kelas 4. dia menggoyangkan kakinya kesana kemari seperti bermain sirkus, dan untuk kesekian kalinya gue ditipu oleh dia, "Uuuhh Coba aja kalo gue bawa linggis udah gue pukul tuh kepalanya dia dari tadi" Gue menggrutu
"Jangan takut Sif, ambil bolanya, ambil" Putra masih teriak
Gue masih mencoba ambil bola dan lagi-lagi gue ditipu olehnya, dia lebih mirip ronaldho cilik dan gue lebih mirip anjing kena rabies
"Gol"
"Lagi-lagi kebobolan"Gue ngomong dengan muka kesal
Bola ada dipihak tim gue, harga diri gue
"Gue ada"
"Gimana ?" Gue serius
"Gini nih.." muka dia serius "Oper, oper, oper terus Gol"
Dengan sepenuh hati gue langsung berkata "Goblok lo"
Permainan pun dimulai kembali, bola ada di pihak putra, dia menggiringnya dengan baik, control yang sempurna!, tapi tetap saja anak kecil itu dapat merebut bola dari Putra, bola pun terpental ke lapangan kosong, ini kesempatan gue
Kesempatan emas
Yeah!
Gue bisa merasakan kesempatan ini, gue berlari dengan sekuat tenaga, jantung gue berdetak 1 kali, 2 kali, 3 kali , 4 kali, dan akhirnya gue masuk rumah sakit, ya nggaklah.
Kembali yang ke tadi. Bola itu semakin mendekat, dekat, dan dekat, gue merasakan ada yang berbisik ke telinga gue "Sif ini adalah moment yang tidak akan kau lupakan".
Gue membidik bola itu, mengayun kaki gue kebalakang dengan pelan-pelan, lalu mengayun kaki gue lagi dengan sangat hati-hati ke depan dan gue berhasil menendak bola itu
Bola itu melesat dengan kencang
Gue langsung lega
lalu disinilah kesakitan dan kebodohan gue di mulai
Bola itu mengenai tepat pada gawang
lalu terpental mengenai bagian bawah perut gue, yak tepatnya titit gue
tadinya kata jeritan "AAAAHH" adalah jeritan kemenangan tapi saat ini jeritan penuh kemalangan
selesai itu gue loncat-loncat pocong, lalu gue memeriksa bagian titit gue, tentu saja bukan di tempat umum. Akhirnya pertandingannya pun bubar, temen gue putra dia nanya ke gue "Sif, kenapa lo"
"Ini titit gue bengkak"
"HAH ?" Dia berjerit seperti cewek kesetrum
"Iya" Jawab gue
Dan akhirnya kita semua pulang ke rumah. Gue masih takut ngomong ke nyokap gue kalo titit gue bengkak karena nyokap gue itu orangnya parnoan banget, kalo gue bilang dia pasti berkata "WWAAAAAA Rasif titit kamu merah ada benjolannya mirip jerawat babi, AAAHHH!!! Yaudah yuk kita ke dokter" Setelah gue berfikir itu gue langsung takut. Gue gak makan kecuali gue laper, gue gak tidur kecuali ngantuk (lah ? Sama aja ya)
Lalu gue memberanikan diri bilang ke nyokap."Ma titit ku bengkak, bernanah ada benjolan merah-merah"
ada keheningan sebentar
"HUUUUAAAHHHH!!! Tititnya bengkak. Yaudah kita ke dokter aja" Dengan muka merah seperti ingin membunuh orang.
Dia sukses membuat gue ketakutan
Gue mengalami ketakutan yg amat luar biasa dengan kata "tes urine".Karena gak tau kenapa gue kalo denger kata itu seperti operasi. Gue nanya ke nyokap "Ma, tes urine tuh apa ?"
"Itu nanti kamu di cek dengan pipis kamu, nanti hasil pipisnya itu kasih ke dokter" dengan nada keibu-ibuan
"Oh" gue berkata gembira
tes uraine pun tidak membantu, sampai akhirnya gue ditemukan oleh alam semesta dengan obat yang bernama "Betadine". Awalnya gue parnoan karena betadine itu obat buat luka, nah ini buat nyembuhin titit gue, gimana kalo obat tetesan itu masuk ke sela-sela titit gue
"Ayo Rasif, ini gak sakit" lagi-lagi nyokap gue berkata seperti keibu-ibuan, dia ingin meneteskan betadine itu ke gue.
"Nggak ma, nggak" gue jerit
"Ayo, ini gak sakit"
"Nggak ma
"Nggak sakit kok"
"NGGAK"
"............."
Setelah beberapa detik Akhirnya nyokap gue berhasil meneteskan betadine itu ke titit gue dengan cara brutal
lama kelamaan bengkak itu hilang dengan sendirinya. Miracle, tapi itu entah karena betadine atau karena apa, tapi gue sangat berterima kasih kepada nyokap gue waktu itu
Thanks
wkwkwkwkwkw kocak gan cerita ente
BalasHapus